Ketakutan adalah suatu perasaan yang ada di didalam pikiran manusia,dan merupakan penghambat terbesar yang menghalangi akal manusia dari segala kerajinan dan kreativitas manusia,untuk lebih jelas nya,kita akan mencoba mempelajari apa yang digambarkan oleh Plato,tentang suatu pemikiran tentang Ketakutan .
Sekarang kita akan melihat bagaimana mitos gua Plato.Plato menggambarkan betapa sempitnya pandangan manusia dan ketakutan mereka akan perubahan. Sekelompok manusia hidup dalam gua yang sangat gelap dengan tangan terikat (namun mereka sama sekali tidak menyadari bahwa tangan mereka selama ini terikat-ini merupakan gambaran yang sangat jelas bahwa pandangan manusia sangat dibatasi oleh apa yang mereka ingin lihat-tanpa bersikap realistis). Selama ini mereka hidup dengan menatap bagian belakang gua-tanpa menyadari bahwa dunia sesungguhnya berada diluar gua. Api yang ada didalam gua membuat segala sesuatu yang berada diluar gua berbayang, dan bayangan itulah yang selama ini mereka anggap sebagai benda sesungguhnya.
Kemudian salah satu orang diantara mereka menyadari bahwa selama ini hidup dan cara pandang mereka berada dalam keterbatasan yang luar biasa pekat, lalu ia berusaha keras melepaskan diri dari ikatannya. Saat kemudian ia lepas itulah segala sesuatu berubah. Ia sangat takjub melihat segala benda dan alam indah yang berada diluar gua. Ia melihat berbagai macam warna yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya, aroma bunga dan dedaunan, bahkan suara binatang dan aliran sungai. Kemudian ia berteriak-teriak memanggil sesama makhluk gua, mengajak mereka untuk melihat bagaimana rupa dunia yang sesungguhnya. Ia ingin menyadarkan rekan-rekannya bahwa selama ini mereka hidup di dunia yang sangat sempit .walaupun itu semua karena mereka tidak mau menyadarinya, dan tidak mau tanggap terhadap perubahan. Akhirnya semua orang menganggapnya gila. Mereka murka lalu membunuhnya .perlu diingat bahwa Plato juga mendapat perlakuan demikian. Ia mati karena dipaksa minum racun cemara.
Dari ilustrasi mitos gua Plato bisa kita lihat betapa sempit dan naifnya pemikiran manusia. Dan sepanjang sejarah, hal ini belum banyak berubah, atau bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak berubah. Ini bukan ilustrasi semata, namun dari nasib Plato sendiri, kita dapat melihat bahwa hal semacam ini sudah sangat sering terjadi-dan terus terjadi-dalam dunia kita. Kenapa? Karena manusia takut terhadap perubahan, dan mereka hanya ingin melihat apa yang ingin mereka lihat.
Sama halnya ketika kita bicara soal teori chaos and order, perubahan memang dibawa oleh chaos, justru pada saat tatanan kehidupan manusia sedang begitu teratur dan tersistematisasi.Sistematisasi-bisa dibilang salah satu contohnya adalah kebiasaan manusia untuk memakai kata LOGIKA-seringkali membuat pandangan begitu sempit dan sangat naif dengan cara yang menurut saya sangat menjijikkan. Manusia seringkali berusaha merasionalisasi segala sesuatu dan membuatnya berdasar logika-padahal perlu diingat bahwa logika hanya salah satu upaya manusia untuk memberikan batasan-baik yang kasar maupun halus-untuk memahami segala sesuatu. Namun manusia juga tidak boleh lupa bahwa segala sesuatu yang LOGIS berdasarkan LOGIKA tadi adalah berasal dari sesuatu yang tadinya tidak bisa dilogika oleh manusia.
Nah, kembali ke teori chaos and order tadi, bagaimanapun chaos memang diperlukan untuk membawa perubahan-sekalipun dalam bentuk yang sangat frontal. Manusia sekarang ini memang sudah terlalu manja, mereka bersembunyi dalam comfort zone mereka masing-masing dan enggan beranjak dari situ, sekalipun bangunan disekitarnya sudah menjadi puing dan debu mikro. Padahal seandainya mereka berani mereka bisa memulai perubahan, bekerjasama dengan mereka yang sejak awal memang memilih jalan untuk memulai perubahan-sama seperti manusia gua yang memandang ke luar gua tadi-mereka bisa menjadi makhluk yang lebih istimewa, yaitu makhluk yang lebih terhormat dan tidak hipokrit.
Tapi sayangnya mereka berkutat dalam dunia dan pandangan mereka yang sempit, dan yang paling buruk dari mereka adalah mencaci orang lain yang berani untuk mengambil langkah ekstrim, yaitu meninggalkan comfort zone mereka. Kenapa? Karena, sekali lagi, mereka hanya mau melihat apa yang ingin mereka lihat tanpa bersikap realistis, dan tidak tanggap terhadap perubahan. Ini salah satu yang membuat mata hati mereka bisu, buta, dan tuli. Perlu dicatat, yang menjadikan manusia macam ini paling menjijikkan adalah mereka memilih untuk menjadi seperti itu. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan paling tinggi untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya sendiri, meskipun fakta ini seringkali tak ada gunanya karena sebagian besar masih memilih untuk menjadi makhluk naif dan hipokrit. Contoh lagi: manusia-manusia gua yang membunuh temannya-si awal perubahan tadi-adalah atas dasar pilihan mereka sendiri, bukan karena mereka ditakdirkan untuk membunuh dia. Sementara di sisi lain sebenarnya mereka memiliki potensi untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik-jika saja mereka mau mengikuti perubahan. Tapi pilihan itulah yang pada akhirnya menjadikan mereka lebih rendah dan menjijikkan dari makhluk apapun yang ada di alam semesta.
Jika saya memiliki hak untuk menulis lanjutan dari mitos gua Plato saya pasti akan menuliskan bahwa pada akhirnya para pembunuh tadi diburu dan dimusnahkan oleh makhluk-makhluk yang hidup diluar gua, yaitu mereka yang jauh lebih berkuasa, lebih terhormat dan lebih beradab.Dunia saat ini adalah Dunia yang sudah di dikte oleh beberapa ahli yang benar-benar mengerti tentang segala sesuatu,sehinga mereka mampu mengontrol dunia dengan Kekuatan Pikiran dan akal-akal mereka yang sangat jauh dari pemikiran sebagian besar orang.Terutama yang sangat kita takuti adalah Penjara akal manusia yang di Tawan dalam keterbatasan berpikir,dibatasi dengan pemikiran yang tidak Realistis dan penuh Hayalan adalah sangat berbahaya untuk menyikapi perubahan hari ini,ok semoga gambaran dari Plato dapat menginspirasi kawan untuk lebih banyak mencari kebenaran dan mencintai kebijaksanaan.salam Perubahan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar